Minggu, 04 November 2012

Kami dan Penguasa Belantara Bukit Tiga Puluh (Bagian 3)

 Jadi buat apa kami, sekelompok muda, bersusah payah menempuh perjalanan panjang dan sulit dari Bandung ke Riau? 
Awalnya mimpi kami hanya sekedar jalan-jalan ekstrim lintas pulau bersama teman-teman, kemudian mimpi itu berkembang menjadi misi ekspedisi : mendokumentasikan kekayaan budaya Suku Talang Mamak yang belum banyak dikenal. Setelah pulang, kami menyadari perjalanan semacam ini memberikan sesuatu yang sangat bermakna. Bertemu saudara-saudara di pelosok negeri dengan kultur yang jelas-jelas berbeda membuka pemahaman tentang arti hidup. 
Bahwa sebagai sama-sama manusia pun ada standar kebahagiaan yang berbeda-beda. Bahagia mereka berbeda dengan bahagia kami. Dan bahagia masing-masing manusia tetap menempati pilihan terutama dalam hidupnya. Jangan berikan jaket pada orang Talang Mamak karena takut mereka kedinginan, mereka akan menolak karena pilihan mereka sudah jatuh pada kain jarik. Jangan berpikir memberikan uang dalam jumlah banyak akan membuat orang Talang Mamak girang, karena bagi mereka tentram yang paling utama adalah saat hutan tidak didatangi perusahaan kelapa sawit atau saat Taman Nasional percaya penuh pada sistem menggilir ladang yang mereka pakai menugal. Setidaknya itu yang saya dapat pasca ekspedisi saya di tahun 2007.
 
Dok. Ekspedisi PMT Suku Talang Mamak Mahitala Unpar

 Suku Talang Mamak di Dusun Tuo Datai adalah komunitas adat yang sangat menggantungkan kehidupannya pada alam dan hasil hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Dan kini peradabannya yang semakin maju telah membuka hubungan kehidupan masyarakat Talang Mamak dengan budaya luar yang lebih maju.
Keadaan ini mendatangkan sejumlah masalah yang merupakan ancaman bagi eksistensi suku Talang Mamak, khususnya yang bermukim di Dusun Tuo Datai. Beberapa masalah yang menjadi kekhawatiran masyarakat Talang Mamak adalah kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Kerusakan ini menyebabkan kekhawatiran masyarakat Talang Mamak akan kelestarian rumah mereka serta tersedianya pemenuh kebutuhan hidup mereka (sandang, pangan, papan) yang semuanya bersumber dari hutan. 

Dok. Ekspedisi PMT Suku Talang Mamak Mahitala Unpar

Selain itu masalah lain adalah krisis jati diri generasi muda suku Talang Mamak akan identitas kesukuan yang dimilikinya. Intervensi budaya luar ke dalam Dusun Tuo Datai menyebabkan lunturnya rasa memiliki (sense of belonging) terhadap warisan budaya dan kearifan lokal Suku Talang Mamak yang tidak ternilai harganya. Manusia, tidak terkecuali komunitas adat, adalah makhluk dengan peradaban yang terus maju, sehingga bentuk-bentuk kebudayaan yang menjadi kekayaan masyarakat Talang Mamak bukan tidak mungkin berubah. Esensi dari bentuk-bentuk kebudayaan itulah yang seharusnya tidak lekang oleh waktu, yaitu identitas dan jati diri. Bagaimana suatu komunitas adat di tengah-tengah lingkungan yang sangat modern sekalipun, tetap dapat terlihat dan memperlihatkan identitasnya sebagai suatu kelompok yang memiliki keunggulan nilai dan keunikan cara hidup.
Diperlukan perhatian dari semua pihak, terutama pemerintah dan negara akan fenomena ini. Kondisi komunitas adat di Indonesia yang berada pada posisi yang lemah menyebabkan komunitas ini tidak dapat bertindak untuk mencegah dan menanggulangi masalah yang dihadapinya ini. Pendidikan yang telah menjadi kebutuhan komunitas adat dalam menghadapi tantangan-tantangan dari luar dapat dijadikan suatu jalan keluar sekaligus bentuk perlindungan terhadap hak asasi manusia suku Talang Mamak. 



Enam hari lima malam yang kami habiskan di Dusun Tuo Datai berlalu sudah. Berbagai pengalaman, pengetahuan dan nilai kami dapatkan dari setiap saat yang kami habiskan di sini. Dari wejangan Sang Ketua Adat, pantun-pantun yang kami mainkan bersama warga dusun di suatu malam, keramahan para ibu, keceriaan anak-anak yang tiada henti menemani kami, perjalanan menelusuri hutan dan sungai, pertemuan dengan satwa-satwa hutan serta semua suka dan duka yang kami alami bersama di dalam tim mulai dari persiapan hingga pelaksanaan ekspedisi ini.
 




Batang kasai jangan dibenang
Jika dibenang rubuhlah padi
Tanah Datai ini janganlah dikenang
Kalau dikenang rusuhlah hati

- Sidam Katak (Ketua Adat Talang Mamak)
saat main balas pantun di malam perpisahan kami 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar