Jadi buat apa kami, sekelompok muda, bersusah payah menempuh perjalanan panjang dan sulit dari Bandung ke Riau?
Awalnya mimpi kami hanya sekedar jalan-jalan ekstrim lintas pulau bersama teman-teman, kemudian mimpi itu berkembang menjadi misi ekspedisi : mendokumentasikan kekayaan budaya Suku Talang Mamak yang belum banyak dikenal. Setelah pulang, kami menyadari perjalanan semacam ini memberikan sesuatu yang sangat bermakna. Bertemu saudara-saudara di pelosok negeri dengan kultur yang jelas-jelas berbeda membuka pemahaman tentang arti hidup.
Bahwa sebagai sama-sama manusia pun ada standar kebahagiaan yang berbeda-beda. Bahagia mereka berbeda dengan bahagia kami. Dan bahagia masing-masing manusia tetap menempati pilihan terutama dalam hidupnya. Jangan berikan jaket pada orang Talang Mamak karena takut mereka kedinginan, mereka akan menolak karena pilihan mereka sudah jatuh pada kain jarik. Jangan berpikir memberikan uang dalam jumlah banyak akan membuat orang Talang Mamak girang, karena bagi mereka tentram yang paling utama adalah saat hutan tidak didatangi perusahaan kelapa sawit atau saat Taman Nasional percaya penuh pada sistem menggilir ladang yang mereka pakai menugal. Setidaknya itu yang saya dapat pasca ekspedisi saya di tahun 2007.
Dok. Ekspedisi PMT Suku Talang Mamak Mahitala Unpar |
Suku Talang Mamak di Dusun Tuo Datai adalah
komunitas adat yang sangat menggantungkan kehidupannya pada alam dan hasil
hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Dan kini peradabannya yang
semakin maju telah membuka hubungan kehidupan masyarakat Talang Mamak dengan
budaya luar yang lebih maju.
Keadaan ini mendatangkan sejumlah masalah yang
merupakan ancaman bagi eksistensi suku Talang Mamak, khususnya yang bermukim di
Dusun Tuo Datai. Beberapa masalah yang menjadi kekhawatiran masyarakat Talang
Mamak adalah kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Kerusakan ini menyebabkan kekhawatiran masyarakat Talang Mamak akan kelestarian
rumah mereka serta tersedianya pemenuh kebutuhan hidup mereka (sandang, pangan,
papan) yang semuanya bersumber dari hutan.
Dok. Ekspedisi PMT Suku Talang Mamak Mahitala Unpar |
Selain itu masalah lain adalah krisis jati diri
generasi muda suku Talang Mamak akan identitas kesukuan yang dimilikinya.
Intervensi budaya luar ke dalam Dusun Tuo Datai menyebabkan lunturnya rasa
memiliki (sense of belonging)
terhadap warisan budaya dan kearifan lokal Suku Talang Mamak yang tidak
ternilai harganya. Manusia, tidak terkecuali komunitas adat, adalah makhluk
dengan peradaban yang terus maju, sehingga bentuk-bentuk kebudayaan yang
menjadi kekayaan masyarakat Talang Mamak bukan tidak mungkin berubah. Esensi
dari bentuk-bentuk kebudayaan itulah yang seharusnya tidak lekang oleh waktu,
yaitu identitas dan jati diri. Bagaimana suatu komunitas adat di tengah-tengah
lingkungan yang sangat modern sekalipun, tetap dapat terlihat dan
memperlihatkan identitasnya sebagai suatu kelompok yang memiliki keunggulan
nilai dan keunikan cara hidup.
Diperlukan perhatian dari semua pihak, terutama
pemerintah dan negara akan fenomena ini. Kondisi komunitas adat di Indonesia yang
berada pada posisi yang lemah menyebabkan komunitas ini tidak dapat bertindak
untuk mencegah dan menanggulangi masalah yang dihadapinya ini. Pendidikan yang
telah menjadi kebutuhan komunitas adat dalam menghadapi tantangan-tantangan
dari luar dapat dijadikan suatu jalan keluar sekaligus bentuk perlindungan
terhadap hak asasi manusia suku Talang Mamak.
Enam hari lima malam yang kami habiskan di
Dusun Tuo Datai berlalu sudah. Berbagai pengalaman, pengetahuan dan nilai kami
dapatkan dari setiap saat yang kami habiskan di sini. Dari wejangan Sang Ketua
Adat, pantun-pantun yang kami mainkan bersama warga dusun di suatu malam, keramahan
para ibu, keceriaan anak-anak yang tiada henti menemani kami, perjalanan
menelusuri hutan dan sungai, pertemuan dengan satwa-satwa hutan serta semua
suka dan duka yang kami alami bersama di dalam tim mulai dari persiapan hingga
pelaksanaan ekspedisi ini.
Batang
kasai jangan dibenang
Jika
dibenang rubuhlah padi
Tanah
Datai ini janganlah dikenang
Kalau
dikenang rusuhlah hati
- Sidam Katak (Ketua Adat Talang Mamak)
saat main balas pantun di malam perpisahan kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar