Sabtu, 08 Juni 2013

Salam dari Anak Seribu Pulau!



Waktu kecil ada sebuah tayangan televisi yang setia saya tunggu setiap akhir pekan, judulnya Anak Seribu Pulau. Apa yang saya ingat dari kenangan yang satu ini mungkin agak kabur. Tapi saya tidak akan lupa damainya lagu "Negeri di Awan" Katon Bagaskara yang jadi soundtrack opening mengiringi adegan sekelompok anak lari di sawah atau naik kuda, saya juga ingat setiap episodenya bercerita tentang kehidupan anak-anak negeri di seluruh pelosok tanah air.

Ingatan boleh kabur, tapi perasaan akan kenangan yang satu ini masih saya simpan dengan baik. Saat itu usia saya masih sangat muda, awal tahun di Sekolah Dasar kalau tidak salah, tapi Anak Seribu Pulau masih lekat sekali dalam hidup saya hingga hari ini.

Kalau saya ingat-ingat, mungkin boleh jadi Anak Seribu Pulau adalah yang pertama kali memperkenalkan saya pada tanah air saya. Pada keindahan alamnya, keragamannya, serta semangat untuk menyinggahinya suatu hari nanti.

"Once you make a decision, the universe conspires to make it happen." kata Ralph Waldo Emerson. Dan alam semesta berkonspirasi mewujudkan keinginan saya singgah di tempat-tempat terindah di negeri ini.

---

Inilah foto-foto dari 'hari' yang saya maksud. Hari-hari saya singgah di beberapa sudut tanah air. Menghidupkan kenangan masa lalu tentang Anak Seribu Pulau dan alam Nusantara yang jadi rumahnya yang luar biasa indah.

Sambutlah hangat salam mereka : Anak Seribu Pulau!

Dusun Ensaid Panjang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat




Teluk Sumbang, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

 


Dusun Tuo Datai, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau




 Suku Bajau, sebuah dusun di pesisir Hutan Lambusango, Sulawesi Tenggara



Dusun Wabou, Hutan Lambusango, Buton, Sulawesi Tenggara




Dusun Lidak, Kabupaten Belu, Atambua Selatan, NTT
 


Tamkesi, Timor Tengah Selatan, NTT







Tuhan dan rencananya untuk hidup setiap manusia tetap jadi misteri paling besar buat saya. Saya pun tidak pernah tidak mempertanyakan apa sebenarnya yang ingin diperlihatkan pada saya dari perjalanan-perjalanan ini.

Ah, bersyukur dulu sajalah diberi kesempatan menghidupkan tayangan TV favorit semasa kecil di depan mata seperti ini.

7 komentar:

  1. Foto2nya bagus & cukup berceritera. Saya paling suka yang 2 terakhir....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah terima kasih kak sigit sudah mampir...

      2 foto terakhir itu foto anak suku Usboko di Tamkesi, di dekat Atambua, namanya Esri kak. Salam kenal dari si cantik Esri di timur negeri kita tercinta kak sigit!

      Hapus
  2. lo masih di trans TV Farli??? keren2 fotonya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo chacha! apa kabar?

      udah engga di Trans TV sekarang di NET. bareng Ipung :)

      kapan balik ke Jakarta?

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. meskipun karakter fisik mereka berbeda, tidak saling kenal, mereka tetap saudara jauh, tetap Indonesia...

    BalasHapus
  5. What an amazing place, amazing journey, amazing people.....and so glad that I am part of this amazing world. Thank you for sharing your beautiful photos and stories.

    BalasHapus